Plus Dan Minus Performa Timnas Indonesia U-23 Saat Kalah Dari Vietnam Di Final Piala Aff U-23 2025

Sedang Trending 4 hari yang lalu
ARTICLE AD BOX

Bola.com, Jakarta - Bermain di kandang sendiri dan didukung ribuan pemuja setianya rupanya tak bisa membawa Timnas Indonesia U-23 ke singgasana juara Piala AFF U-23 2025.

Mentas di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) Jakarta, Selasa (29/7/2025) malam WIB, Garuda Muda kalah 0-1 dari Vietnam U-23. Gol kemenangan Vietnam tersaji pada menit ke-36 via lesakan first time Nguyen Cong Phuong.

Kekalahan menyakitkan ini membikin Timnas Indonesia U-23 tak hanya kandas merealisasikan sasaran juara dan mengulang kesuksesan menjadi nan terbaik di jenis 2019, melainkan tak bisa menuntaskan dendam Piala AFF U-23 2023, di mana Garuda Muda juga kalah dari Vietnam di partai puncak.

Gerald Vanenburg, sang pelatih, mengakui kekalahan skuadnya. Juru strategi asal Belanda berumur 61 itu pun minta maaf. "Kepada kalian semua, saya minta maaf," katanya.

Gerald Vanenburg menyayangkan sejumlah kesempatan nan tidak bisa dimaksimalkan sepanjang pertandingan. Namun, dia mengapresiasi perjuangan dan kerja keras Kadek Arel dan kawan-kawan.

"Saat pertandingan, para pemain mengerti sistemnya. Mereka bermain baik. Satu nan menjadi pertanyaan bagi kami, gimana langkah mencetak gol lebih banyak," imbuhnya.

Setidaknya ada beberapa catatan nan perlu diperbaiki, mengenai plus dan minus permainan Garuda Muda saat berjumpa kontra Vietnam:

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

Minus

Gagal memburu gol cepat

Bermain dengan skema 3-4-3, Timnas Indonesia U-23 terlihat jelas sangat mengandalkan dua gelandang, dua sayap, serta tiga tombak.

Frengky Missa, Robi Darwis, Dominikus Dion, dan Dony Tri Pamungkas menjadi pelayan bagi trisula Rayhan Hanan - Rahmat Arjuna - Jens Raven.

Pada menit kelima, Jens Raven kandas memasksimalkan peluang. Berada di kotak penalti lawan, bola tandukannya tetap melayang di atas mistar The Golden Star.

Hanya berselang beberapa menit, Jens Raven kembali kandas menaklukkan kiper Trung Kien. Kali ini, tendangan striker anyar Bali United terlalu lemah.

Rayhan Hanan juga tak bisa memaksimalkan kesempatan terbaiknya nan tersuguh pada menit ke-29. Jika saja sedikit tenang, bola nan ditendangnya tak diblok lantaran sudah berada 1 musuh 1 dengan Trung Kien.

Gol sigap tak tersaji, tuan rumah malah kecolongan pada ke-36 via lesakan firs time Nguyen Cong Phuong. Di babak kedua, Indonesia juga tak bisa memanfaatkan peluang.

Emosi mudah terpancing

Hanya dalam tempo 15 menit setelah wasit meniup peluit kick off tanda dimulainya laga, Timnas Indonesia U-23 sudah diganjar dua kartu kuning. Pertama diberikan kepada Rayhan Hannan dan selanjutnya kepada sang kapten Kadek Arel.

Pemain-pemain Vietnam sepertinya tahu betul jika Indonesia berada dalam tekanan lantaran kudu tampil sebagai juara. Walhasil, anak-anak asuh Kim Sang Sik memanfaatkannya dengan langkah bermain condong keras.

Sayangnya tuan rumah terpancing. Jika ditotal hingga laga usai, Indonesia sedikitnya melakukan 11 pelanggaran.

Gol nan semestinya tak perlu terjadi

Sebiji gol kemenangan Vietnam nan dilesakkan Nguyen Cong Phuong sebenarnya tak perlu terjadi jika pemain sigap dan melakukan penjagaan estra ketat di kotak penalti.

Gol tamu berasal dari sepak pojok dan sempat terjadi duel udara dan bola jatuh tepat di depan Nguyen Cong Phuong nan berdiri bebas tanpa pengawalan.

Hanya dengan sekali tebasan kaki kanan, bola meluncur deras ke gawang Muhammad Ardiansyah.

Plus

Unggul penguasaan bola

Meski kalah dalam pertandingan final ini, permainan Garuda Muda sebenarnya sudah oke. Terbukti, anak-anak asuh Gerald Vanenburg bisa menguasai penguasaan bola hingga 68 persen.

Selain itu, tuan rumah juga tetap lebih baik dalam perihal umpan jeli daripada Vietnam, di mana Timnas Indonesia U-23 mencetak 441, sedangkan musuh 185.

Pun begitu ihwal kecermatan umpan, Indonesia 86 persen berbanding 78 persen. Namun, nasib baik tetap lebih berpihak kepada The Golden Star.

Kadek Arel cs. mengerti skema permainan

Seperti diakui Gerald Vanenburg, skema nan dia terapkan dalam pertandingan final itu melangkah baik. Para pemain bisa memahami dan mengejawantahkannya selama duel.

Termasuk ketika memainkan Muhammad Ferarri sebagai starter. Bek tengah sarat pengalaman itu bisa bekerja sama dengan Kakang Rudianto dan Kadek Arel.

"Saat pertandingan, para pemain mengerti sistemnya. Mereka bermain baik," kata Gerald Vanenburg nan hanya menyesali tak satu pun kesempatan berujung gol.

Selengkapnya